ARTI LEBARAN BAGI SAYA


"Tuhan tidak bisa dibaca lewat baju agamamu, tapi Tuhan bisa dirasakan ketika tanganmu membuat senang mereka yang sedang menderita." (Syekh Siti Djenar, sumber : Anton Dwisunu Hanung Nugrahanto  ) 


Perbedaan tidak mengecilkan harapan untuk kita bersatu.
Sudah lama tinggal di dusun Megatan, 26 tahun hidup disini(belum tua2 amat). Megatan, dalam bahasa Indonesia berarti "berpisah", kata dasar bahasa jawa megatan adalah "pegat" dan dalam Indonesia berarti "pisah" atau "cerai". Masyarakatnya tidak terlalu peduli dengan perbedaan agama yang ada di dusun ini. Saya dan keluarga adalah pemeluk agama Katolik satu-satunya di dusun ini dan ada dua keluarga lagi beragama Kristen. Sangat bersyukur hidup diantara pemeluk agama Muslim, karena kita bisa mengetahui sedikit banyak tentang Islam dari penduduk dusun ini. Idul Fitri merupakan hari raya yang sering saya tunggu di masa kanak-kanak, karena banyak kegembiraan di momen hari raya ini. Setiap pagi ikut bangun saur, ikut berpuasa, jalan-jalan pagi setelah teman-teman bermain selesai melaksanakan sholat subuh. Yang tidak terlupakan adalah bermain petasan. Membuat dan juga memainkan leker (sejenis skateboard/seluncur dengan roda lakar mobil) adalah keasyikan tersendiri. Berpuasa bagi saya waktu masih anak-anak adalah sesuatu yang menyenangkan dan secara tidak sadar membangun rasa toleransi (lebih dari toleransi tepatnya). Tetapi menjadi sangat menyebalkan (dewasa ini) jika ada seorang teman menanyakan apa gunanya ikut berpuasa, karena kamu tidak mendapat apa-apa dan sia-sia. Berpuasa di saat bulan ramadhan bagi saya adalah suatu bentuk toleransi (lebih dari toleransi) saya terhadap umat yang menjalankan puasa. Bukan pahala yang saya cari, yang berwenang memberi pahala adalah Tuhan. Masa kecil di dusun Megatan mendidik saya untuk hidup harmonis dengan lingkungan sekitar, menghormati dan memahami (ini yang dimaksud lebih dari sekedar toleransi). Toleransi hanya cukup menghormati, yang diperlukan bangsa ini untuk kuat dalam hal persatuan tidak cukup hanya toleransi. Memahami dan mencintai keindahan dari sebuah perbedaan adalah hal yang terkuat dalam menjalin persatuan. (tidak cerai atau pegat).

Idul Fitri adalah hari raya yang sering saya tunggu dimana keluarga bisa berkumpul, menikmati makanan, bercanda, bersilaturahim dan banyak kegiatan menyenangkan lainnya. Idul Fitri di Indonesia, khususnya dusun Megatan, sama halnya dengan perayaan Natal dan tahun baru di eropa atau amerika. Idul Fitri menjadi hari raya semua umat beragama di Indonesia. Bermaaf-maafan tidak memandang agama satu dengan yang lain, itu keindahan Idul Fitri.


Membawa Tenongan
Sebelum menyambut puasa, kebiasaan masyarakat jawa pada umumnya dan khususnya di Temanggung, nyadran adalah kegiatan kebudayaan dan keagamaan untuk menyambut bulan puasa. Nyadran adalah kata dasar dari "sodrun" yang berarti "gila". Sunan Kalijaga waktu itu menyebut "sodrun" bagi orang-orang yang memberi persembahan bagi berhala dan kuburan yang dianggap keramat. Untuk menghilangkan tradisi buruk itu, maka sesaji yang biasanya digunakan untuk persembahan bagi berhala tersebut diganti dengan makanan yang bisa dimakan oleh manusia. Orang-orang yang "sodrun" tadi, diajak untuk berdoa kepada Tuhan Yang Satu. Selain itu juga mendoakan saudara dan orang-orang yang sudah meninggal. Setelah berdoa, maka sesaji yang berupa makanan dapat dimakan bersama-sama. Sebuah kebudayaan yang baik. Sunan Kalijaga memberikan sebuah solusi yang tidak memaksakan kehendak.






Isi dalam Tenongan untuk nyadran

Makanan biasanya akan ditempatkan di dalam tenongan (tempat makan yang terbuat dari anyaman bambu), yang berisi ingkung (ayam opor utuh), mie, sambel goreng ati, telur, kerupuk, jenang, wajik dan banyak lagi. Semua orang dapat saling bertukar makanan. Kegiatan ini biasanya dilakukan di kuburan (makam), masjid atau ruangan yang luas. Sangat meriah.
"Kebudayaan itu tidak sekedar persoalan mengukir kayu, kulit untuk wayang atau berbahasa, tapi ia soal manusia, seutuh-utuhnya manusia, bila manusia beragama tanpa mengindahkan kebudayaan maka ia seperti masuk ke dalam ruang kosong tanpa hati dan perasaan." (Sunan Kalijaga, sumber : Anton Dwisunu Hanung Nugrahanto )








Teman-teman kuliah (alumni fakultas arsitektur unika Soegijapranata semarang) melakukan kegiatan buka puasa bersama di sebuah panti asuhan. Mulai dari kanan Irene, Maria, Wenny dan Rona. Kami mencintai kebersamaan.
              









Teman ririt (lupa namanya) dan ririt




















Rani sebagai koordinator acara

Bulet, cantik, cerewet, baik hati  dicampur aduk jadi satu hasilnya baik sekali adalah Rani. Terimakasih Rani, sudah repot-repot mengajak  saya untuk ikut acara buka puasa bersama (walaupun cuma bisa ngabisin takjil doang).
















Rani bilang ke Guntur (cowok item)"helmi ganteng yah":p

















ragil salah satu keponakan paling nakal

Pagi hari sebelum keliling desa (padahal cuma 2 RT saja) untuk bermaaf-maafan, saya dan keluarga mbok Dermi (kakak dari Ibu saya) pergi ke pemakaman untuk berdoa dan bersih makam.
















Ranting pohon beringin dikuburan ngesrep



















Istirahat setelah bersih makam sambil merokok














Berdoa di makam pakde saya




















Membawa makanan
Setelah dari makam dan teman-teman yang lain selesai sholat Ied, saya dan Ipung (saudara sepupu) berangkat ke masjid untuk ikut bancaan (makan bersama)











Deretan laki-laki




















Budhe Wastini dipanggil budhe was





















Pak Supri, memamerkan makanannya. :p
















Setelah berdoa, mari makan.














Menikmati makanan














Ibu saya dan mbak Siti.





















Asih, saudara saya


Membuat makanan untuk saudara dan tamu yang datang ke rumah pada saat Idul Fitri adalah "sesuatu". Soto, selalu disediakan untuk tamu yang datang kerumah. Bakso, rica-rica dan sate sampai saat ini selalu ada untuk saudara dan keluarga di hari raya ini.














Hilda, kakak saya, membakar sate

Kegiatan membakar sate adalah saat-saat yang menyenangkan.


















"Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya." (Roma 10:12)






Komentar

  1. Kalo tidak ada perbedaan, kenapa memilih katolil? Bukan kristen, hindu, budha, atau islam?

    BalasHapus
  2. Kapan mbak Hanah mulai memilih agama kepercayaan mbak Hanah ?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer